فإذا كان الفقه بهذه المرتبة الشريفة. والمزايا المنيفة. كان الإهتمام به فى الدرجة الأولى. وصرف الأوقات النفيسة بل كل العمر فيه أولى، لأن سبيله سبيل الجنة. والعمل به حرز من النار وجنة، وهذا لمن طلبه للتفقه فى الدين على سبيل النجاة. لا لقصد الترفع على الأقران والمال والجاه، قال رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم: ((مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بهِ وَجْهُ اللهِ تَعَالَى لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ)) رواه أبو داود بإسناد صحيح، وقال عليه أفضل الصلاة والسلام ((مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يُكَاثِرَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ يَصْرِفَ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ)) عَافانا الله الكريم من ذلك.
(Maka jika saja seorang faqih dengan martabat yang mulia ini, dan kelebihan-kelebihan yang banyak ini, maka memperhatikan fiqih adalah derajat yang utama, dan merupakan penghabisan waktu yang indah. Bahkan semua umur [habis] di dalamnya adalah lebih baik. Karena jalan fiqih adalah jalan surge. Dan beramal dengannya adalah benteng dari api neraka dan pelindung. Dan hal ini bagi orang yang mempelajarinya dalam rangka memahami agama (tafaquh fid-din) atas jalan keselamatan. Bukan untuk maksud meninggikan diri kepada teman, juga tidak untuk kepentingan hara benda dan pangkat. Rasulullah bersabda: “barang siapa yang belajar ilmu dengan dari apa yang seharusnya untuk mendapat ridla Allah, dan ditujukan untuk mendapatkan kekayaan dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat”. Hadits riwayat Abu Dawud dengan sanad yang shahih. Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “barang siapa yang mencari ilmu untuk [menyombongkan diri dengan] mendapatkan pengikut orang-orang bodoh, atau [menyombongkan diri dengan] banyak-nya ulama [yang ia belajar kepadanya], atau untuk mendapatkan perhatian manusia [viral], maka bersiaplah tempatnya di api neraka”. Semoga Allah yang Kariim mengampuni kita dari hal itu.)
Namun, beberapa kali ini juga saya menemukan statemen-statemen dalam kitab Kifayatul Akhyar karya Ad-Dimasyqi yang mengkritik tajam praktik-praktik tasawuf di masanya. Salah satu statemen beliau yang mungkin merupakan kritik yang sangat tajam adalah sebagai berikut:
Dalam pembahasan tentang shalat sunnah ketika khutbah jum’at berlangsung beliau menjelaskan bahwa bagi orang yang telah tiba di masjid sebelum khutbah berlangsung, maka dilarang melaksanakan shalat. Kemudian beliau menjelaskan tentang larangan tersebut bahwa terdapat ulama seperti dalam kitab Al-Hawi Al-Kabir hukumnya adalah makruh. Sedang menurut Imam Nawawi Hukumnya adalah haram.
Kemudian Ad-Dimasyqi menjelaskan sebagaimana berikut:
قلت هَذِه مَسْأَلَة حَسَنَة نفيسة قل من يعرفهَا على وَجههَا فَيَنْبَغِي الاعتناء بهَا وَلَا يغتر بِفعل ضعفاء الطّلبَة وجهلة المتصوفة فَإِن الشَّيْطَان يتلاعب بصوفية زمننا كتلاعب الصّبيان بالكرة وَأَكْثَرهم صدهم عَن الْعلم مشقة الطّلب فاستدرجهم الشَّيْطَان قَالَ السَّيِّد الْجَلِيل أبوزيد قعدت ثَلَاثِينَ سنه فِي المجاهدة فَلم أر أصعب عَليّ من الْعلم وَقَالَ السَّيِّد الْجَلِيل أَبُو بكر الشبلي إِن فِي الطَّاعَة من الْآفَات مَا يغنيكم أَن تَطْلُبُوا الْمعاصِي فِي غَيرهَا وَقَالَ السَّيِّد الْجَلِيل ضرار بن عَمْرو إِن قوما تركُوا الْعلم ومجالسة الْعلمَاء وَاتَّخذُوا محاريب وصلوا وصاموا حَتَّى يبس جلد أحدهم على عظمه خالفوا فهلكوا وَالَّذِي لَا اله غَيره مَا عمل عَامل على جهل إِلَّا كَانَ مَا يفْسد أَكثر مِمَّا يصلح وَهَذِه زِيَادَة خَارجه عَن الْفَنّ الَّذِي نَحن فِيهِ فَمن أَرَادَ من هَذِه المناداة فَعَلَيهِ بِكِتَاب سير السالك فِي أَسْنَى المسالك
(Saya berpendapat ini adalah masalah yang bagus dan mencerahkan, yang sedikit orang mengetahui berbagai segi pendapatnya. Maka seyogianya terdapat pembahasan yang cukup mengenai hal ini dan jangan sampai seseorang tertipu dengan perbuatan orang-orang yang lemah dalam belajar dan kebodohan kaum sufi. Karena sesungguhnya syaitan mempermainkan kaum safi zaman kita ini seperti permainan anak kecil akan bola. Dan kebanyakan mereka berpaling dari ilmu karena kesulitan mencari limu. Maka mereka ditipu daya oleh setan. As-Sayyid Al-Jalil Abu Zaid berkata: “Aku telah duduk bermujahadah selama 30 tahun, maka aku tidak melihat hal yang lebih sulit bagi saya dari pada ilmu.” As-Sayyid Abu Bakar As-Syibli berkata: “Sesungguhnya dalam ketaatan ada bahayanya, yang sepadan dengan mencari kemaksiatan yang dalam perbuatan yang lainnya”. As-Sayyid Dlirar bin Amr berkata: “Sesungguhnya suatu kaum meninggalkan ilmu dan majelis para ulama. Dan mereka mendiami mihrab dan mereka shalat serta puasa sampai kering kulit salah seorang di antara mereka pada tulangnya. Mereka mereka telah berbeda [dengan ajaran syariat] maka mereka telah rusak. Demi dzat yang tiada Tuhan selain Dia, tidaklah seseorang beramal atas dasar kebodohan kecuali apa yang merusak lebih banyak dari apa yang diperbaiki. Dan ini adalah pembahasan tambahan yang berada di luar dari bidang ini. Maka barang siapa yang ingin mendapatkan pembahasan lebih akan hal ini, maka baginya membaca kitab Siyar As-Salik fi Asna Al-Masalik)
Demikian kiritik beliau akan praktik-praktik salah dalam tasawuf.
Malang, 16 Desember 2023
R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd.
Pengajar di Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyyah Karangploso Malang
Pengajar di Pondok Pesantren PPAI Al-Fithriyah Kepanjen Malang
Pengajar di Pondok Pesantren Riyadlul Qur'an Ngasem Ngajum Kab. Malang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar