Oleh:
R. Ahmad Nur Kholis
Siapa yang tidak kenal nama KH Bashori Alwi ?, nama itu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat khusunya warga Singosari dan Malang Raya. Ia adalah salah seorang qori’ internasional yang pernah dimiliki Indonesia. Sekarang, ia mengasuh pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) di Singosari Malang.
Kiai Bshori adalah cermin kiai dengan tingkat keisitiqomahan yang luar biasa. Dalam usianya yang sudah udzur, ia memiliki banyak kegiatan pengajian di berbagai tempat disamping kegiatannya di Pesantren. Beberapa diantaranya adalah kegiatan rutin. Mulai bimbingan pengajian Al-Qur’an di Masjid Jami’ Malang, pengajian umum yang dihadiri oleh ratusan orang, sampai bimbingan manasik Haji. Salah satu ciri dari Kiai Bashori yang saya tahu salah satunya adalah bahwa ia selalu bisa datang setiap diundang siapapun. Tidak pernah menolak.
Salah satu sifat yang dikagumi dari Kiai sepuh itu oleh KH tolchah Hasan adalah sifat dan sikapnya yang populis dan dekat dengan rakyat, serta sifat keistiqomahan beliau dalam berjuang untuk agama.
KH Tolchah Hasan sebagai seorang tokoh yang diulamakan dan sama-sama tinggal di kecamatan pernah menceritakan pengalamannya bersama KH Bashori. Diceritakan bahwa dalam perbincangannya dengan Kiai Bashori, Kiai yang sudah mengijak usia lebih 80 tahun itu mengatakan bahwa sejak subuh hari itu, ia sudah harus berada di Masjid Ampel, kembali dari Surabaya, lalu singgah di dulu untuk suatu acara di Sioarjo dan Pandaan dan sebelum tengah Hari sudah sampai di Lembaga Pendidikan Maarif Singosari untuk menghadiri unndangan Kiai Tolchah.
Dalam sebuah artikel yang ditulis Kiai Tolchah untuk Pengantar Buku Biografi Kiai Bashori, Kiai Tolchah mengungkapkan kekagumannya dengan kalimat:
“Saya kagum dalam usia selanjut itu masih bisa melakukan kegiatan dengan mobilitas setinggi itu. Saya sendiri sudah tidak sanggup melakukannya.” Katanya.
Dalam sebuah pengajian Kiai Bashori yang saya hadiri, Kiai yang pernah diundang ke Iran dan Amerika pernah menceritakan perbincangannya dengan Sayyid Alwi Al-Maliki Makkah rahimahullah. Sayyid Alwi Al-Maliki pernah berpesan pada Kiai Bashori demikian:
“Kamu kalau sakit, yang neriman, namanya juga sakit ya dirasakan. Tapi jangan sampai sakit ini menghentikanmu dari pengabdian terhadap agama.” Demikian kurang lebih ceritanya.
Saat itu, Kiai Bashori memang sudah lama mengidap sakit diabetes.
Kiai Bashori Alwi selain juga ahli dalam ceramah dan Qira’ah, Ia juga produktif menulis. Banyak hal yang Ia tulis mulai selain buku-buku tentang al-Qur’an dan Tajwid seperti: Pokok-pokok Ilmu Tajwid; Kamus Waqaf dan Ibtida’; Ahadits di Fadla’il Al-Qur’an wa Qurra’ihi (Beberapa Hadits tentang Keutamaan Al-Qur’an dan Pembacanya); dan Bina Ucap (Latihan membaca Huruf Hija’iyah).
Juga buku-buku dalam berbagai bidang Bahasan. Diantara judul buku-buku itu yang ia tulis adalah: Petunjuk Singkat Manasik Haji; Memakmurkan masjid; Petunjuk Singkat tentang Qurban; Ayo Berdakwah; Dalil-dalil Hukum Islam I, II, III; Empat Sumber Hukum Islam; Fatwa Syaikh Alwi Al-Maliki tentang Selamatan dan Tahlil untuk Mayyit; Hukum Islam I dan II; Khutbah Jum’at Kiai Bashori; Madarij Nahwil wadlih, Nadzam Aqidah Al-Awwam; Pengantar Ilmu Ahlussunnah wal Jamaah; Tafsir Al-qur’an (Juz Amma) I, II, III; Tafsir Ayat Hukum; Waraqat Imam Haramain (Ushul Fiqh).
Bahkan Kiai Bashori juga menulis buku Pelajaran Bahasa Arab, yang sampai saat ini digunakan di banyak Madrasah Diniyyah. Buku bahasa Arab itu berjudul: “Madarij Al-Durus Al-Arabiyyah” jilid satu sampai empat. Buku ini diresmikan oleh Menteri Agama KH Wahib Wahab pada tahun 1976 sebagai buku pegangan nasional Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) seluruh Indonesia dengan nomor SK: Kep./D III/140/76.
Malang, 4 September 2016
Foto: kompasiana.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar