Saya tidak habis pikir mengapa orang-orang yang mengaku manhaj salaf belum bisa menjelaskan secara detail dan gamblang tentang konsep manhaj-Nya?
Juga, sering orang yang mengatakan mengikuti manhaj salaf mengikuti al-Quran dan Al-Hadits yang dipahami oleh para sahabat (dan tabi'in dan tabi'it tabi'iin). Tapi tidak pernah menyebutkan di mana kita dapat temukan pemahaman para sahabat (dan tabi'iin, dan tabi'it Tabi'iin) itu. Dalam kitab apa perkataan para sahabat itu bisa kita baca.
Sedangkan, dalam kitab Ihya' Ulumuddin Karya Imam Al-Ghazali yang sering dikritik oleh para ustadz salafi dan pengikutnya karena hadits-haditsnya dhaif (katanya), sistematika pembahasannya di dalam kitab tersebut selalu mengadirkan dahulu:
1. Dalil Al-Quran
2. Dalil Hadits
3. Atsar Shahabt
4. Argumen logis dari Al-Ghazali sendiri.
Jadi justru perkataan-perkataan sahabat dapat kita temukan dalam kitab ihya' ulumuddin dalam setiap bab nya. Dan Imam Al-Gazali sendiri selalau meletakkan argumen logis (akal) nya setelah Dalil Al-Quran, Al-Hadits, dan atsar para sahabat. Di satu sisi, kaum salafi sering mengatakan bahwa akal harus tunduk pada dalil al-Quran dan Al-Hadits, dan hanya digunakan untuk memahami keduanya. Saya melihat justru hal inilah yang terlihat dari sistematika kitab Ihya' Ulumuddin.
Mengapa sistematika yang bagus semacam itu kok masih dikritik?
Malang, 1 Agustus 2025
R. Ahmad Nur Kholis

Tidak ada komentar:
Posting Komentar