![]() |
| Sampul Kitab Bulughul Maram yang ditahqiq oleh Muhammad Hamid Al-Faqiy |
Kitab Bulughul Maram merupakan salah satu di antara sedikit judul tersebut yang dikaji di pesantren. Kitab Bulughul Maram adalah kitab yang berisikan kumpulan hadits-hadits hukum yang ditulis oleh Al-Hafidz Ibn Hajar Al-‘Asqalani (773-852 H). Al-‘Asqalani merupakan sarjana muslim yang lahir di Mesir abad ke-9 hijriyah.
Kami setidaknya mendapatkan dua kitab Bulughul Maram ini yang ditahqiq dan diberikan catatan kaki oleh orang yang berbeda. Kitab yang pertama ditahqiq oleh 3 (tiga) orang, yakni As-Sayyid Muhammad Amin Kutbi (pengajar di Masjid Al-Haram Makkah Al-Mukarramah); Abdul Wahab Abdul Lathif (Dosen Hadits Fakultas Syariah Al-Azhar); dan Muhammad Amin An-Nawawi (Salah seorang mufattish di Al-Azhar). Kitab yang kedua ditahqiq oleh Muhammad Hamid Al-Faqiy, yang juga merupakan salah satu ulama Al-Azhar.
Saya tertarik membaca catatan kaki dalam kedua naskah Bulughul Maram tersebut. Dan salah satu hal yang membuat saya tertari untuk mengarsipkan catatan kaki tersebut dalam sebuah tulisan adalah catatan kaki dari hadits dalam Bulughul Maram tersebut berikut ini:
Di dalam hadits pada bab ‘Dua Hari Raya” (Al-‘Idayn) terdapat hadits berikut ini:
523—وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ، وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا. فَقَالَ: "قَدْ أَبْدَلَكُمْ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ" (أخْرَجَهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِي بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ)
Artinya:
Dari Anas radliyallahu ‘anhu ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama tiba di Madinah. Dan mereka (penduduk Madinah) memiliki 2 (dua) hari raya yang mereka bermain-main di dalam keduanya. Maka nabi bersabda: “Allah telah mengganti kalian dengan keduanya, dengan apa yang lebih baik dari keduanya itu, (yakni) hari raya idul adlha dan hari raya idul fithri.” (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud; An-Nasa’i dengan sanad yang shahih (valid)).
Di dalam kitab Bulughul Maram yang pertama, yakni kitab yang ditahqiq oleh 3 (tiga) orang tersebut di atas, yaitu: As-Sayyid Muhammad Amin Kutbi; Abdul Wahab Abdul Lathif; dan Muhammad Amin An-Nawawi, terdapat catatan kaki terhadap hadits di atas sebagai berikut:
الْيَوْمَانِ هما يو النيروز ويوم المهرجان وكانا من أعياد الجاهلية، وفي الحديث ندب إظهار السرور والفرح فى العيدين وعدم مشاركة المشركين في أعيادهم.
Artinya:
Kedua hari tersebut adalah nayruz dan Mahrajan. Dan keduanya adalah merupakan bagian dari hari raya Jahiliyyah. Dan dalam hadits ini menjadi dalil untuk memperlihatkan kesenangan dan kegembiraan dalam kedua hari raya (idul fithri dan idul adha), dan ketidak-bolehan mengikuti orang-orang musyrik di dalam hari-hari raya mereka.
Keterangan dalam catatan kaki ini menunjukkan setidaknya bahwa makna ‘iid yang digunakan dalam istilah idul fithri dan idul adha adalah bermakna “hari raya” dan bukan “kembali” sebagaimana dipahami sementara orang di Indonesia.
Sedangkan di dalam kitab Bulughul Maram yang ditahqiq oleh Muhammad Hamid Al-Faqiy terdapat catatan kaki terhadap hadits di atas sebagai berikut:
هذا يدل على أنه لا يصح الاحتفال بشيء مما ابتدع من الأعياد الزمنية والمكانية مما يسمى بالموالد. ولا بشيء من أعياد النصارى أو اليهود أو غيرهم. كشم النسيم، ورأس السنة الملادية ونحوها. قال الشيخ أبو حفص من كبار أئمة الحنفية: من أهدى فيه—أي عيد المشركين—بيضة إلى مشرك تعظيما لليوم فقد كفر بالله. ولشيخ الإسلام ابن تيمية في هذا الموضوع كتاب اقتضاء الصراط المستقيم يجب على كل طالب علم قراءته.
Artinya:
(Hadits) Ini menunjukkan bahwasanya tidak dibenarkan untuk merayakan sesuatu apapun yang diada-adakan dari hari-hari raya zamaniyyah (berhubungan dengan waktu) dan makaniyyah (berhubungan dengan tempat), dari apa yang disebut sebagai mawalid (maulud/maulid/milad). Dan tidak pula dengan sesuatu apapun dari hari-hari raya orang Nasrani dan orang Yahudi atau selain mereka. Seperti hari raya “Shamm An-Naseem”, hari raya tahun baru miladiyyah (masehi) dan semacamnya. Syaikh Abu Hafs, salah satu ulama besar dari para Imam Madzhab Hanafi: “Barang siapa memberikan hadiah di dalamnya—yakni hari raya orang-orang musyrik—(meskipun hanya) berupa satu telur kepada seorang musyrik karena memuliakan hari tersebut, maka ia telah kufur kepada Allah. Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah memiliki keterangan dalam bab ini, yakni dalam kitab Iqtidla’ As-Shirat Al-Mustaqim, yang wajib bagi setiap pencari ilmu untuk membacanya.
Keterangan:
Shamm An-Naseem adalah hari raya masyarakat Mesir untuk merayakan awal musim bunga.
Demikianlah.
Referensi:
- Al-Hafidh Ibn Hajar Al-‘Asqlani. Bulugh Al-Maram min Adillah Al-Ahkam. (Tahqiq Muhammad Hamid Al-Faqiy)
- Al-Hafidh Ibn Hajar Al-‘Asqlani. Bulugh Al-Maram min Adillah Al-Ahkam. (Tahqiq Muhammad Hamid Al-Faqiy)
- Martin van Bruinessen. Kitab kuning; Books in Arabic script used in the Pesantren milieu. Dalam: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 146 (1990), no: 2/3, Leiden, 226-269
Malang, 27 April 2025
R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd
Pengajar di Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyyah Karangploso Malang
Pengajar di Pondok Pesantren PPAI Al Fithriyah Kepanjen Malang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar