![]() |
| Sampul Kitab Nudbdah Pada Naskah yang ditulis oleh Muhammad Sarwoto dari Besuki |
(Download di sini!) (Academia.edu)
(Download di sini!) (Google Drive)
(Download di sini!) (Box.com)
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Wa as-shalatu wa as-salamu ‘ala Asyrafil Mursalin Sayyidina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi ajma’iin.
Syukur Alhamdullillah, atas berkat rahmat Allah, pada penghujung bulan Ramadhan tahun ini (1446 H) kami telah dapat melakukan apa yang disebut sebagai ‘digitalisasi’ kitab Nubdah karya KH. Abdul Majid ibn Abdul Hamid Itsbat Pamekasan. Dengan demikian, hal ini adalah yang kedua kalinya kami lakukan kegiatan semacam ini. Sebelumnya, digitalisasi terhadai kitab risalah “Majmu’at Kalam Ulama” sudah dilaksakan dan selesai pada 05 Juli 2024.
Kali ini, digitalisasi dilakukan terhadap kitab Nubdah dan syarahnya. Digitalisasi ini dilakukan dengan cara melakukan scanning kitab tersebut ke dalam format portable digital format (pdf). Secara teknis proses ini dlakukan dengan cara scanning kitab tersebut melalui fasilitas scan pada printer Epson L220. Namun, kemudian dikarena suatu kendala teknis, beberapa bagian kitab ini di-scan dengan menggunakan fasilitas camscanner yang berjakan di bawah sistem operasi android.
Mengenai kitab ini sendiri, matan (glosses) dari kitab ini yakni nubdah min qawaid nahwiyyah al-muta’alliqah bi al-ajurumiyyah ditulis oleh KH. Abdul Majid bin Abdul Hamid Itsbat Pamekasan (w. 1957). Kemudian syarah (super commentary) kitab ini ditulis oleh putranya, yaitu, KH. Abdul Qadir Ahmad Zayyadi (w. 1986). Kiai Abdul Majid adalah pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata Pamekasan. Sedangkan KH. Abdul Qadir adalah putranya, yang meneruskan pesantren pasca KH. Abdul Majid.
Mengenai naskah kitab Nubdah yang dilakukan digitalisasi ini, adalah naskah yang disalin oleh Muhammad Sarwoto dari Besuki. Hal ini berdasarkan catatan dalam naskah tersebut pada halaman 103. Ada kemungkinan bahwa penyalin adalah santri di Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata. Kitab ini sendiri merupakan kitab yang berisikan 170 bait syair yang membahas tentang kaidah nahwu. Kemudian, pada bagian akhir terdapat 2 (dua) bait syair di luar pembahasan ini, melainkan merupakan dorongan bagi para santri untuk belajar Nahwu. Dua bait terakhir ini, yang pertama ditulis oleh Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani. Sedang bait kedua ditulis oleh KH. Abdul Majid bin Abdul Hamid Itsbat sendiri. Kedua bait syair tersebut adalah sebagai berikut ini:
![]() |
| Dua Bait Syair yang ditulis oleh Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani dan KH. Abdul Majid bin Abdul Hamid Itsbat Pamekasan |
kedua bait syair tersebut artinya adalah sebagai berikut:
(*) Nahwu adalah perhiasan bagi pemuda, dan fiqih adalah pakaiannya # dan barang siapa yang tidak memiliki keduanya, maka anggaplah ia sebagai sapi (ditulis oleh Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani)
(**) Balaghah itu adalah pakaian baik bagi seorang pemuda dan mantiq (logika) adalah sulamannya # dan barang siapa yang tidak memiliki keduanya, maka anggaplah ia sebagai keledai. (ditulis oleh KH. Abdul Majid bin Abdul Hamid Itsbat)
Sebagaimana tradisi pendidikan dan keilmuan pesantren yang dijelaskan oleh Geertz (1960), dalam kitab ini masih sangat kental nuansa filsafat skolastik. Sistematika penulisannya pun mengikuti sistematika umum sebagaimana dijelaskan dalam Bruinnessen (1990) terdiri dari matan (glosses) dan syarah (super commentary). Tradisi yang sudah berjalan sejak masa skolastik.
Setidaknya bagi penulis sendiri, keunikan dari kitab ini salah satunya adalah sistematika penulisan syarah (super commentary) yang ditulis dengan gaya hasyiyah (sub commentary) yang dijelaskan secara panjang lebar namun tidak rigid pada setiap stateman matan-nya sendiri. Misalkan sebagai berikut:
![]() |
| Contoh Sistematika Penulisan kitab Nubdah |
Di dalam teks tersebut sangat jelas bahwasanya syarah dari dua bait sebelumnya bersifat penjelasan yang general. Begitu juga penulisan lafadz: (قوله: أنب الخ), ini adalah gaya penulisan sub commentary (hasyiyah) yang biasanya digunakan sebagai catatan pinggir. (bandingkan: Abu Bakar Shatha Al-Makki; Hasyiyah Ianah Thalibin; sebuah karya dalam ilmu Fiqih).
Sebagai sebuah karya dalam tata bahasa arab, kiranya kitab nubdah ini merupakan suatu karya yang layak mendapatkan perhatian yang memadai.
Wa ‘aqibna an Al-Hamdulillahirabbil ‘alamin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, 30 Maret 2025 M / 30 Ramadhan 1446 H
R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar