Senin, 10 Maret 2025

CIKAL-BAKAL TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN DI MASA RASULULLAH

 


 

Setidaknya terdapat 3 (tiga) ayat dalam Al-Quran yang dapat dipandang sebagai tahapan-tahapan pendidikan dalam Islam. Ketiga ayat tersebut adalah:

1. QS. Al-Baqarah ayat 129

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Artinya:

Wahai Tuhan kami!, utuslah di dalam (masyarakat Makkah itu) seorang utusan yang membacakan bagi mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab (Al-Quran) dan Hikmah, dan membersihkan mereka. Sesungguhnya Engkau Dzat yang maha Mulia dan Maha Bijaksana.

Jika dilihat konteks ayat ini dalam kitab tafsir (misalkan dalam tafsir jalalain), maka kita akan mengetahui bahwa ayat ini adalah mengisahkan doa harapan Nabi Ibrahim agar di Makkah di mana putranya Ismail tinggal diutus seorang utusan. Dan berdasarkan tafsir Jalalain, As-Suyuthi menjelaskan bahwa doa ini dikabulkan dengan terutusnya Nabi Muhammad.

 

2. QS. Ali Imran ayat 164

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ (164)

Artinya:

Sungguh Allah benar-benar memberikan karunia atas orang-orang yang beriman, ketika Ia mengutus pada mereka seorang utusan dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya. Dan membersihkan mereka dan mengajari mereka Kitab dan Hikmah. Meskipun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

 

3. QS. Al-Jumuah ayat 2

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

Artinya:

Dialah Allah yang mengutus pada orang-orang yang buta aksara seorang utusan yang membacakan pada mereka ayat-ayat-Nya dan membersihkan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Meskipun sebelumnya mereka ada dalam kesesatan yang nyata.

Ketiga ayat di atas menyatakan dan menegaskan bahwa tugas utama kenabian adalah mengajar. Sebagaimana dalam hadits dikatakan: "Aku hanyalah diutus untuk mengajar dan memberikan kemudahan".

Ada beberapa makna tersirat dari ayat ini yang berkaitan dengan pendidikan: (Pertama) Berdasarkan QS Al-Baqarah ayat 129 dinyatakan bahwa awal mula pendidikan yang dijalankan nabi Muhammad adalah:

1. Membacakan ayat Al-Quran

2. Mengajarkan Kitab

3. Mengajarkan Hikmah

4. Membersihkan

Berdasarkan QS Ali Imran ayat 164, dinyatakan bahwa tahapannya adalah:

1. Membacakan ayat Al-Quran

2. Membersihkan mereka

3. Mengajarkan Kitab

4. Mengajarkan Hikmah

Para mufassir (seperti As-Suyuthi dan Al-Mahalli) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "membacakan ayat" dalam ketiga ayat di atas adalah membacakan ayat Al-Quran. Yang dimaksud "mengajarkan kitab" adalah mengajarkan Al-Quran. Dan "Hikmah" yang dimaksud alah hukum-hukum yang ada dalam Al-Quran dan hadits. "Membersihkan" yang dimaksud adalah membersihkan dari kesyirikan dan dosa.

(Kedua) dalam ketiga ayat tersebut tahapan-tahapan yang dipaparkan di atas dimulai dengan satu tahapan yang sama yaitu: "membacakan ayat-ayat-Nya" (يتلو عليهم آياته). Ketiga tahapan yang lain, meskipun jumlahnya sama akan tetapi urutannya berbeda. Hal ini menyiratkan bahwa dalam kaitannya dengan pendidikan haruslah dimulai dengan "membacakan ayat-ayat Allah".

Mungkin kita dapat menyimpulkan bahwa lembaga pendidikan yang kini kita sebut sebagai “Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)”, cikal-bakal (embrio)-nya telah ada sejak masa nabi Muhammad. Dan ini telah berlangsung di masjid nabawi di Madinah. Dari sinilah juga, mungkin dapat dijelaskan apa yang dikatakan oleh Dr. ‘Athiyah Al-Abrasyi bahwa lembaga pendidikan pertama dalam Islam adalah masjid.

Kita dapat menyimpulkan bahwa embrio Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) ada sejak masa Rasulullah, setidaknya jika mencermati penjelasan oleh Dr. Shubhi Shalih dalam kitabnya: Mabahits fi Ulum Al-Qur’an sebagai berikut:

وَقَدْ اشْتَهَرَ بِأَقْرَاءِ الْقُرْآنِ مِنَ الصَّحَابَةِ سَبْعَةٌ: عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ، وَعَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ، وَأَبَيَّ بْنِ كَعْبٍ، وَزَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ، وَعَبْدُ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ، وَأَبُو الدَّرْدَاءِ، وَأَبُوْ مُوْسَى الْأَشْعَرِي. وَقَدْ قَرَأَ عَلَى أُبَيَّ بْنِ كَعْبٍ جَمَاعَةٌ مِن الصَّحَابَةِ: مِنْهُمْ أَبُوْ هُرَيْرَةَ، وَابْنُ عَبَّاسٍ، وَعَبْدُ اللهِ بنِ السَّائِبِ، وَأَخَذَ ابن عَبَّاس عَنْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ أَيْضًا، وَأَخَذَ عَنْهُمْ خِلَقٌ مِنَ التَّابِعِيْنَ. وَهَكَذَا كَانَ فِيْ الْعَصْرِ النَّبَوِي شِبْهُ مَدْرَسَةٍ لِتَحْفِيْظِ الْقُرآن وَتَدَارِسِهِ.

Artinya:

Dan benar-benar telah masyhur orang yang paling pandai membaca Al-Qur’an dari kalangan sahabat sebanyak 7 (tujuh) orang (yakni): Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’b, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, Abu Darda’, dan Abu Musa Al-Asy’ari. Dan telah membaca kepada Ubai bin Ka’b sekumpulan sahabat, di antaranya: Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abdullah bin As-Saib. Ibnu Abbas mengambil bacaan dari Zaid bin Tsabit juga. Dam telah mengambil dari mereka sekumpulan para tabi’in. Dan demikianlah keadaan di masa kenabian, (masjid nabawi) menyerupai madrasah penghafalan Al-Qur’an dan tadarus. (Dr. Subhi Shalih, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, hlm: 68).

Selain itu, Dr. Shubhi Shalih juga memberikan informasi yang cukup penting mengenai hal ini. Yakni bahwa nabi mengajarkan Al-Qur’an di masjid nabawi, sembari menunjuk beberapa sahabat tertentu yang dianggap paling fasih bacaan Al-Qur’an-nya sebagai tenaga pengajar bagi para sahabat yang lain. (Dr. Shubhi Shalih, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an).

Kita juga melihat bahwasanya di berbagai pesantren di nusantara, meskipun pada faktanya, sebagaimana dijelaskan dalam Martin van Bruinnessen, bahwa pesantren pada tingkat dasar adalah pesantren yang mengajarkan membaca Al-Qur’an. Dan pada tingkat yang lebih tinggi pembelajaran agama (tafaqquh) di pesantren terpusat pada kitab kuning. (Martin van Bruinessen, 1999). Namun dalam porsi yang berbeda, belajar membaca Al-Qur’an tetap diberikan. Hal ini adalah sangat mungkin karena mengambil semangat dari ketiga ayat yang dikutip dalam awal wacana tulisan ini.

 

Malang, 2 Syawal 1445 H / 11 April 2024 M

 

 

R. Ahmad Nur Kholis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar