Ketika pertama kali saya diminta menyampaikan khutbah jum'at, ayah saya selaku pihak yang saya gantikan meminta saya untuk menyampaikan khutbah dalam bahasa Madura. Hal ini di luar kebiasaan beliau. Karena beliau sendiri biasanya menyampaikan khutbah dalam Bahasa Arab.
Beberapa hari berikutnya, seorang kiai sepuh di kampung saya mengkritik saya. "Kamu kok khutbah bahasa Madura?". Katanya. "Iya, man. Mohon maaf. Kiranya kenapa ya memangnya?".Saya menimpali kiai yang kebetulan juga paman saya itu.
"Kalau khutbah menggunakan selain bahasa arab itu hukumnya sama dengan berbicara. Sedang kalau sedang khutbah itu dilarang berbicara. 'fala yatakallamanna ahadukum'." Kata beliau.
"Lalu, jika jumatan kemarin batal njenengan kemarin jumatan di mana?". Saya tanya.
"Saya jumatanndi masjid yang lain." Kata beliau.
Sejak saat itu maka khutbah dalam bahasa pengantar selain bahasa Arab di desa saya akan menimbulkan masalah. Saya benar-benar mengambil pelajaran dari hal ini. Saya kemudian menggunakan bahasa arab jika harus khutbah di desa saya.
Pada bulan Syawal tahun 1444 H ini. Saya mendapatkan penglaman yang unik. Mengikuti ssidang Itsbat yang memutuskan hari raya jatuh pada hari Sabtu, hari Jumat-nya saya bertindak sebagai Khatib dan Imam Shalat Jumat di masjid kampung saya. Dan saya bertindak sebagai khatib saja di Hari raya esok harinya. Khutbah kali ini saya menyampaikannya dalam bahasa Arab.
Pada malam lebaran, yakni pada hari Jum'at malam Sabtu, seorang pemuda yang membidangi kemakmuran dan peribadatan masjid berkata pada saya setelah mengetahui khutbah Jumat yang saya sampaikan dalam bahasa Arab. "Sebenarnya lebih baik menggunakan Bahasa Madura atau bahasa Indonesia dik. Supaya jamaahnya paham. Supaya ndak pakai Bahasa Arab terus." Katanya.
"O. Begitu ya?, baik." Saya bilang.
Jadi saya menyampaikan khutbah Idul Fithri tahun ini menggunakan teks singkat bahasa Madura. Demikianlah. Kiai yang dulu mengingatkan saya sudah berpulang beberapa tahun yang lalu. Dan penglaman berdiskusi dengan beliau tak bisa saya lupakan. Allahumma ighfir lahu warhamhu. Hormat kami Kiai.
Pamekasan, 28 April 2023

Tidak ada komentar:
Posting Komentar