Minggu, 06 November 2022

INDIKATOR KEBERHASILAN LEMBAGA PENDIDIKAN




Pada dasarnya, banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Namun kita pun juga melihat bahwa masyarakat awam memiliki indikatornya sendiri di dalam mengukur lembaga pendidikan yang ‘baik’. Meskipun penulis belum melakukan penggalian data dan melakukan pengukuran, akan tetapi kiranya kita sepakat bahwa banyak pengelola dan praktisi pendidikan yang mengatakan bahwa “indikator sekolah yang maju adalah siswanya banyak”. 

Berkaitan dengan hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa tulisan ini pada dasarnya mencoba melakukan 2 (dua) hal. Pertama: mencoba menguji mengenai: apakah secara filosofis pernyataan bahwa jumlah siswa menjadi indikator keberhasilan sebuah lembaga pendidikan?. Kedua: secara filosofis mencoba mengajukan suatu pola pandang yang lain mengenai indikator keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Untuk pembahasan yang kedua ini, sebagaimana akan terlihat pada kalimat-kalimat setelah ini, aka nada dua sudut pandang.

Pertama: penulis memandang bahwa pada dasarnya kuantitas siswa (peserta didik) dari suatu lembaga pendidikan itu adalah sekedar suatu dampak (impact) dari suatu lembaga pendidikan yang berhasil. Hal ini sejauh kita memahami bahwa indikator keberhasilan suatu lembaga pendidikan itu berorientasi pada prosesnya. Hal ini dapat kita uji dengan cara kembali kepada penelaahan mengenai pengertian pendidikan dan tujuan pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan pada dasarnya adalah ‘usaha sadar dan bertanggung jawab di dalam menggiring peserta didik menuju kepada kedewasaannya’. Itu sejauh kita mengelaborasi pengertian pendidikan sebagaimana diajukan oleh Ngalim Purwanto (1997). Demikian pula pendidikan adalah suatu usaha ‘memanusiakan manusia’ sebagaimana dikemukkan oleh Y. Suyitno (2009). Berdasarkan peninjauan terhadap dua pengertian ini, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses. Dan dengan demikian, indikator keberhasilannya adalah sejauh mana proses ini dijalankan. Penggunaan kuantitas siswa sebagai indikator keberhasilan kiranya tidak dapat dibenarkan di sini.

Kedua: secara filosofis, indikator keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat dipetakan ke dalam 2 (dua) macam indikator. Dari sudut pandang internal, indikator keberhasilan lembaga pendidikan dapat dilihat sejauh mana proses-proses pendidikan yang mencerminkan sebagai ‘usaha sadar dan bertanggung-jawab’ untuk mendidik subyek didik itu dilakukan, dan sejauh mana tujuan pendidikan itu tercapai dan tercermin dalam proses dan hasilnya. Secara filosofis indikator ini dapat dilihat dari sudut pandang ontologis. 

Dari sudut eksternal, indikator keberhasilan lembaga pendidikan dapat dilihat dari sudut pandang kebutuhan masyarakat. Dijelaskan bahwa masyarakat memiliki peran terhadap dunia pendidikan di dalam hal pewarisan nilai dan kebudayaan. (Azymardi Azra, 2012). Maka indikator keberhasilan pendidikan di mata mereka adalah indikator aksiologis. Indikator keberhasilan lembaga pendidikan bagi masyarakat secara sederhana dapat digambarkan bahwa: “anak yang berhasil atau berpendidikan adalah mereka yang disamping pintar, tapi terutama adalah baik.” Dalam arti lain berkepribadian dan bermoral. Ungkapan ‘baik’ di sini menggambarkan bahwa peserta didik telah mewarisi kebudayaan dan nilai yang ada di dalam masyarakat sehingga tidak banyak mengalami pertentangan nilai dengan masyarakatnya.

Kiranya pandangan megenai indikator keberhasilan lembaga pendidikan haruslah diseragamkan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat itu sendiri. Sebagai wujud keselarasan lingkungan pendidikan peserta didik. Kegagalan dalam membaca hal ini kiranya menunjukkan suatu kebutaan lembaga pendidikan di dalam membaca keharusan lembaga pendidikan melayani masyarakatnya.




Malang, 7 Nopember 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar