Berikut ini merupakan penjelasan saya mengenai perbandingan doktrin Islam dan Kristen tentang Firman. Penjelasan ini pada awalnya saya berikan dalam komentar dan status dalam suatu group FB.
Di dalam teologi Islam, dalam aliran Ahlussunnah wal Jamaah sebagaimana dijelaskan dalam Asy’ariyyah, Allah memiliki sifat, karena tidak mungkin ada dzat tanpa sifat. Allah itu adalah dzat, sedangkan sifat itu adalah suatu atribut tambahan yang melekat pada diri (zat)-Nya:
زائدة قائمة على الذات، ليس هي الذات ولا هي غيرها
Sifat adalah atribut tambahan yang melekat pada dzat itu dan tidak terpisahkan.
Inilah yang saya menunggu-nunggu penjelasan dari Pak Bambang Noorsena ketika menjelaskan bahwa Yesus adalah firman (Yohanes 1 pasal 1) yang karenanya Ia juga adalah sehakikat dengan Allah dan kemudian dikaitkan dengan QS An-Nisa’ ayat 171. Adapun mengenai QS An-Nisa ini, telah saya bahas dalam suatu artikel tersendiri.
Konsep Asy’ariyyah itu tentu saja berbeda dengan konsep Iman Kristen tentang ketuhanan Yesus, karena di dalam Iman Kristen, Firman dapat menjelma menjadi manusia sebagaimana filsafat Antropmorphisme.
(Yohanes1 Pasal 1 ayat 14)
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia w dan kebenaran.
Asy’ariyah sama sekali tidak mengatakan bahwa sifat (yang dalam hal ini termasuk pula sifat Kalam (Firman)) dapat berpisah dari Allah dan apalagi dapat menjadi manusia. Allah dan sifatnya tidak dapat dipisahkan sebagaimana kapur dengan warna putihnya.
Lebih dari pada itu, konsep Pak bambang Noorsena sendiri telah ditentang oleh Kalangan Kristen sendiri seperti oleh Pak Budi Asali yang orang Reformed.
Namun, hal ini memang wajar dalam teologi. Terjadi perdebatan satu sama lain.
Asy'ariyah sendiri merupakan respon terhadap mu'tazilah yang mengatakan Tuhan tak punya sifat di satu sisi, dan menjawab kosep kekristenan yang mengatakan bahwa firman dapat menjelma menjadi manusia di sisi lain.
Malang, 12 April 2022
R. Ahmad Nur Kholis

Tidak ada komentar:
Posting Komentar