Jumat, 09 Agustus 2019

AGAMA, LIBERALISME & ATHEISME

Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd

Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap usaha untuk memutlakkan suatu pendapat atau ajaran maka ia disebut dengan agama. Dan setiap upaya untuk merelatifkan suatu pandangan atau pendapat apapun merupakan suatu liberalisme.

Dalam agama-agama yang memiliki akar teologis yang sama, yakni: Yahudi, Nasrani dan Islam, ada setidaknya dua aspek untuk menyatakan dirinya sebagai agama. Pertama: Keyakinan bahwa Allah sebagai dzat yang memiliki segala sifat-sifat kesempurnaan (kamalat); juga memiliki sifat-sifat kebaikan (jamalat); dan segala sifat-sifat keagungan (jalalat). Aspek kedua adalah: bahwa ajaran itu disampaikan sendiri oleh Tuhan yang mana Dia merupakan: (1) Dirinya kebenaran; (2) Dirinya Keadilan; dan (3) Dirinya Kebaikan. 
Adapun Allah yang mengabarkan ajaran baik kepada Musa, kepada Isa (Yesus), maupun kepada Muhammad adalah wahyu yang diyakini disampaikan oleh Allah yang sama yang memenuhi kedua aspek tersebit. Maka kebenaran agama tersebut menjadi mutlak. Jadi Allah adalah Dirinya kebenaran; juga Dirinya keadilan; dan merupakan Dirinya kebaikan.
Adapun kamu liberal berupaya untuk melepaskan diri dari segala kemutlakan itu. Ia berangkat dengan terlebih dahulu kritis terhadap semua ajaran dan pendapat. Pada taraf yang sangat ekstrim, liberalisme kemudian melakukan penolakan terhadap ajaran-ajaran agama dengan argumen-argumen logika. Hal ini kemudian mendorong mereka untuk netral-agama yang disebut atheis.
Dalam pandangan penulis, beragama adalah suatu fitrah manusia. Ia adalah sesutau yang niscaya. Bahwa dalam diri manusia itu terdapat potensi agama (religiousity) dan juga terdapat potensi berbudaya (cultural capability). Sehingga penulis berkeyakinan bahwa tidaklah mungkin manusia itu selama hidupnya tidak beragama. Dikarenakan suatu hal bahwa: baik liberalisme atau atheisme itu telah menjadikan liberalisme dan atheisme sebagai agama. 
Dikatakan lebih jauh dalam keyakinan penulis bahwa: tidaklah mungkin manusia selama hidupnya tidak mengakui keberadaan Tuhan. Karena fitrah keberagamaan dan berbudaya manusia itu tadi.
Wallahu a'lam.


Malang, 10 Agustus 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar