Minggu, 02 Desember 2018

Pembahasan Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah (Serta Signifikansinya Sebagai Kajian Ulumul Qur’an)

Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd

1) Pendahuluan
Klasifikasi adalah salah satu metode penelitian yang paling sederhana dan paling awal muncul dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan modern. Meskipun terlihat sederhana, namun klasifikasi memiliki peranan penting dalam hal membantu kita dalam mengetahui sesuatu setidaknya dalam tahap awal.
Dalam kajian Ulumul Qur’an yang berusaha mengkaji Al-Qur’an dari sudut pandang Ilmu, maka klasifikasi Ayat dan Surah haruslah dilakukan. Maka para ulama melakukan penelitian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai sudut pandangnya. Salah satunya adalah mengenai Makkiyah dan Madaniyah. Klasifikasi ayat-ayat dan surah dalam Al-Qur’an ke dalam Makkiyah dan Madaniyah adalah salah satu contoh dan juga sebagai bukti bahwa Ulumul Qur’an adalah implementasi dari pembahasan Al-Qur’an dari sudut pandang ilmiah.
Pembahasan mengenai ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah adalah salah satu dasar yang penting dalam Ilmu Tafsir. Ayat-ayat atau surat Makkiyah adalah ayat atau surat yang diturunkan di Makkah. Ayat Madaniya adalah ayat atau surat yang diturunkan di Madinah.
Dalam pembahasan mengenai ilmu, juga pasti dibahas mengenai siginifikansi sesuatu pembahasan atau suatu penelitian itu dilakukan. Makalah ini akan membahas tentang makkiyah dan Madaniyah dan signifikansinya.



2) Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Pembahasan pengertian Makkiyah dan Madaniyah secara bahasa dapat ditinjau dari segi sintaksis, morfologis dan leksikal. Kata Makkiyah berasal dari kata ‘Makkah’ yang kemudian dilakukan penambahan di belakangnya (infleksi) berupa ‘ya’ nisbah’ untuk merubahnya dari sebuah isim (noun) menjadi sifat (adjectiva). Sehingga makna asalnya Makkah yang berarti nama sebuah kota di Jazirah Arabia menjadi bermakna: “bersifat Makkah.” 
Hal yang serupa juga terjadi pada kata ‘Madaniyah.’ Ia berasal dari kata Madinah yang merupakan nama sebuah kota di Jazirah Arab yang dilakukan penambahan serupa menjadi Madaniyah yang kemudian berarti ‘bersifat Madinah.’
Perubahan makna dari Makkah menjadi Makkiyah dan Madinah menjadi Madaniyah ini sepenuhnya bersifat infleksional karena tidak merubah kedudukan makna kata. Yakni tidak merubah kata tersebut dari nomina menjadi verba. Atau bisa juga disebut dengan derivasi jika ditinjau bahwa ia merupakan nomina yang berubah menjadi adjectiva.

3) Penyebutan Surah Makkiyah dan Madaniyyah
Permasalahan dalam penyebutan suatu surah dalam Al-Qur’an sebagai Makkiyah dan Madaniyah adalah dalam sudut pandang bahwa keseluruhan ayat dalam surah tersebut adalah Makkiyah atau Madaniyyah. Pun juga dapat ditinjau dari sudut pandang porsi ayat mana yang lebih banyak dalam surah itu.

4) Metode Penelitian Ayat Makkiyah dan Madaniyah
 Klasifikasi Makkiyah dan Madaniyah sebagai sebuah bentuk pembahasan Ilmu Al-Qur’an tentunya membutuhkan langkah-langkah metodologis dalam menemukan pengetahuan atasnya. Dalam hal ini terdapat beberapa macam metode dalam penelitian mengenai ayat Makkiyah dan Madaniyah. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
a) Metode Transmisi Sima’iy
Dalam metode ini klasifikasi Makkiyah dan Madaniyah ditentukan berdasarkan riwayat. Yang terutama adalah riwayat dari tabi’in yang mendengar dari atau belajar kepada para sahabat. Dengan metode ini maka ditentukanlah klasifikasi berdasarkan pendekatan seperti: a) ayat yang turun di Makkah maka dinamakan Makkiyah; b) Ayat yang turun di Madinah maka disebut Madaniyah. Atau pula bisa ditentukan: a) ayat yang turun sebelum hijrah maka disebut dengan ayat Makkiyah; dan b) ayat yand turun setelah hijrah maka disebut sebagai ayat madaniyah.
Pada dasarnya metode transmisi sima’iy ini lebih bersifat empiris. Karenanya dapat lebih diandalkan dalam kajiannya. (Al-Qatthan, tt:56)

b) Metode Qiyas Ijtihady
Dalam metode ini, digunakanlah metode analogi logika dan ijtihad. Metode Qiyas Ijtihadi ini lebih menekankan pada sudut pandang karakteristik ayat dan surah Makkiyah dan Madaniyah. (Al-Qatthan,tt:56). Pertama-tama seorang peneliti harus berijtihad tentang karakteristik Makkiyah dan Madaniyah kemudian mengqiyaskan ayat-ayat yang lain berdasarkan karakterisitik yang telah ditemukan dan ditentukan sebagai kriteria. Begitu juga ayat yang turun di Madinah yang mengandung karakteristik Makkah maka kita sebut Makkiyah. Demikian pula kriteria seperti: setiap surah yang mengandung cerita para nabi dan ummat yang ingkar maka disebut Makkiyah. Demikian pula surah yang di dalamnya terdapat ayat tentang kewajiban-kewajiban dan ketentuan hukum, maka disebut sebagai Madaniyyah. (Al-Qatthan, tt:56).

downloaad fulltext: kllik di sini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar