Kamis, 22 Agustus 2024

SUATU HAL YANG SERING ORANG SALAH PAHAM


Sesungguhnya, apa yang akan saya sampaikan dalam tulisan ini adalah suatu hal yang sudah saya sering sampaikan dalam beberapa kesempatan diskusi saya di media sosial, dan juga melalui saluran youtube saya. Apa yang akan saya sampaikan ini adalah berkaitan dengan suatu hal yang sering orang salah paham kepada saya. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

(Pertama) berkaitan dengan komentar saya soal nasab ba'alawi. Sering orang salah paham karena saya ikut-ikutan bicara soal nasab baalawi, lalu dikiranya saya adalah orang yang sok mengerti ilmu nasab. Padahal sama sekali adalah tidak. Saya bukanlah ahli ilmu nasab. Dan saya tidak tahu menahu soal itu.

Sejauh ini komentar-komentar saya adalah dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Yakni bahwa dalam kenyataannya Kiai Imaduddin melakukan riset tentang nasab baalawi, dan kesimpulannya adalah bahwa nasab baalawi kepada rasulullah adalah batal adanya. Dengan kata lain tidak sahih.

Karena kajian ini dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah, yang mengutamakan logico-hypothetico-verificative, (Kerlinger, 1978) maka ia didasarkan kepada bukti empiris baik secara data tertulis (manuskrip buku nasab), maupun secara fakta (DNA). Sejauh kajian dari sudut pandang ini, maka Kiai Imaduddin telah membuktikan bahwa nasab baalawi tidak valid (tidak sahih).

Dalam kaitannya dengan ha ini, yang menjadi pokok komentar saya adalah sudut pandang ilmiahnya sebagai suatu riset. Sama sekali saya tidak membahas materi nasab baalawi atau ilmu nasab itu sendiri. Ringkasnya komentar saya dalam hal ini adalah: "harus ada bukti empiris lain yang membuktikan bahwa nasab baalwi adalah sahih, untuk membantah riset Kiai Imaduddin".

(Kedua) Seolah-olah saya ini (dan setiap yang mendukung riset Kiai Imaduddin) telah lancang kepada ulama-ulama dan wali-wali dari kalangan baalawi. Karena di antara mereka terdapat para ulama dan wali-wali yang telah masyhur. Saya jelaskan: bahwa sejauh pandangan saya, bahwa dengan menyatakan bahwa nasab klan baalawi telah batal, maka tidak sekaligus adalah penghinaan kepada ulama-ulama besar seperti Abdullah bin Alawi Al-Haddad, atau yang lainnya. Dengan pembuktian ilmiah tidak sahihnya nasab baalawi tersambung mepada rasulullah, tidak sekaligus membatalkan keulamaan dan kewalian dari kalangan klan tersebut.

Demikianlah.


RS Slamet Martodidjo, Pamekasan, 22 Agustus 2024


R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar