Bulan Ramadhan 1445 H kali ini saya rasakan tidak biasanya seperti ramadhan-ramadhan sebelumnya. Biasanya, pada bulan ramadhan sebelumnya, waktu saya banyak di sekolah dan mengajar di pesantren. Hal ini menjadikan saya tidak bisa dipastikan untuk bisa berbuka bersama keluarga dan untuk mengimami trawih di mushalla terdekat.
Untuk yang terakhir di sebutkan di atas, yakni mengimami tarawih, sebenarnya memang agak saya hindari. Karena pengalaman beberapa tahun yang lalu, ketika saya mengimami tarawih jamaahnya merasa cara dan gaya saya ngimami tarawih terlalu lama. Belakangan, saya mendengar ada beberapa jamaah musholla yang tak jadi tarawih karena tau imamnya saya. Hihihi...
Saya kemudian berfikir: "Daripada membuat orsng batal tarawih, mending saya ndak jadi imam."
Demikianlah, maka saya dalam beberapa kali ramadhan ini saya tidak mengimami tarawih.
Pada ramadhan 1445 H kali ini, berbeda lagi. Karena seorang imam yang istiqomah menjadi imam telah uzur mengimami karena faktor usia dan kesehatan, maka saya secara agak resmi memang diminta untuk menjadi imam. Maka saya mengimami tarawih di musholla kamupung selama seminggu pertama.
Saya memang bertekat: "bismillah, saya akan menjalani ini dengan sebaik-baiknya."
Minggu kedua: saya tidak mengimami tarawih karena memang bukan giliran saya.
Minggu ketiga dan keempat ramadhan: Seperti sudah gayung bersambut, karena satu dan lain hal, saya harus pulang ke tempat kelahiran saya, di Desa Bandungan, Kec. Pakong, Kab. Pamekasan.
Di tanah kelahiran saya ini, lalu saya "dipaksa" kondisi dan "permintaan" masyarakat saya haru mengimami di Masjid An-Nur Desa kami. Saya mengimami selama beberapa hari, sampai hari-hari terakhir ramadhan.
Alhamdulillah. Ramadhan kali ini saya rasakan berbeda dari sebelum-sebelumnya.
Malang, 11 Syawal 1445 H / 19 April 2024
R. Ahmad Nur Kholis

Tidak ada komentar:
Posting Komentar