Sabtu, 21 Oktober 2023

PESANTREN DAN OPTIMISME DUNIA PENDIDIKAN


Di dalam artikel saya yang berjudul “Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Berbasis Eksperimentasi” dijelaskan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis eksperimentasi. Hal ini karena sejauh peninjauan, dalam skala kelembagaan, di pesantren telah sejak lam dilaksanakan suatu conditioning di mana pembelajaran dikelola sedemikian rupa agar pembelajaran berjalan efektif dan memberikan dampak yang berarti (high impact) kepada peserta didik (santri). Conditioning dimaksud adalah seperti: 1) penghilangan (minimalisir) unsur-unsur pengganggu hasil dan proses pembelajaran. Pemisahan peserta didik putra dan putri, larangan membawa alat komunikasi; dan 2) pembentukan lingkungan belajar (shaping) yang kondusif dan relative seragam seperti: penjadwalan belajar dan kegiatan sehari-hari.

Akan tetapi, sebenarnya istilah eksperimentasi itu sendiri adalah suatu peristilahan yang mungkin agak dipaksakan. Karena mungkin dirasa tidak (atau belum) ditemukannya suatu peristilahan yang tepat untuk itu. Dan sejauh dicermati, memang penggunaan istilah “eksperimentasi” yang dikaitkan dengan “lembaga pendidikan” memanglah kurang pas. Istilah “eksperimentasi” itu berkaitan dengan desain penelitian yang bertujuan untuk memverifikasi teori. Sedangkan istilah pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian manusia dan menumbuhkan minat, bakat dan potensinya. 

Memang di antara keduanya terdapat saling keterkaitan. Kebijakan dan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran dalam praktiknya dilandaskan kepada hasil penelitian ilmu. Namun untuk terlalu jauh untuk mengatakan bahwa lembaga pendidikan itu merupakan suatu lembagai berbasis eksperimentasi.

Apa yang paling mungkin untuk dilakukan adalah mengatakan bahwa “Pesantren Sebagai Bentuk Optimisme Lembaga Pendidikan”. Secara filosofis, hal ini didasarkan kepada landasan filsafat pendidikan formal yang sedemikian didukung oleh kalangan behavioris. Kaum behavioris seperti Skinner merupakan kalangan yang optimistis dengan keberhasilan dunia persekolahan (schooling). (Mudyahardjo, 2001). Skinner dalam bukunya “Beyond Freedom and Dignity” sangat tampak sekali ia berkeyakinan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi peserta didik. (Skinner, 1971). 

Namun demikian, dalam definisi pendidikan, kalangan behavioris menerjemahkan pengertian pendidikan menjadi sedemikian sempit ke dalam apa yang disebut sebagai dunia persekolahan. Bagi kalangan behaviorist, pendidikan itu adalah proses persekolahan (schooling). Dan karenanya mereka sangat mendukung proses pembelajaran formal melalui sekolah.

Dalam beberapa aspek, mungkin hal ini cocok dengan pesantren. Akan tetapi, apakah kita akan setuju bahwa dunia pendidikan pesantren hanyalah formalitas belaka?. Tentu kita akan menolaknya.

Lalu, bagaimana?



Malang, 22 Oktober 2023



R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd

(kholis3186@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar