Oleh: R. Ahmad Nur Kholis
Baik dalam Al-Qur’an mapun Al-Kitab (old testament dan new testament), dinyatakan bahwa penciptaan alam adalah dalam enam hari. Dalam Al-Qur’an, pernyataan ini dinyatakan dalam Surah 57:4 (surah Al-Hasyr): “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Bandingkan dengan Kitab Kejadian pasal 1:1-31, kesemuanya membahas tentang penciptaan alam dalam enam hari.
Pernyataan enam hari dalam Al-Qur’an mengacu kepada hari-hari di dunia sebagaimana keterangan para interpretator Al-Qur’an (mufassir). Meskipun pendapat ini tidak dianut oleh beberapa tokoh mufassir, namun beberapa yang lain menyetujuinya. Lihat misalnya dalam As-Suyuthi dan Al-Mahalli 2:390. Demikian pula enam hari dalam Al-Kitab secara lebih eksplisit ayat-ayat dalam kitab Kejadian mengacu pada hari-hari 24 jam siang dan malam yang dinyatakan dalam pernyataan pagi dan petang.
Proses penciptaan alam dalam Al-Kitab dibahas lebih terperinci dari pada dalam Al-Qur’an. Dikatakan bahwa bumi diciptakan pada hari pertama, demikian pula siang dan malam. (Kejadian 1:1-5). Cakrawala (langit) diciptakan pada hari kedua (Kejadian 1:6-8). Lautan dan daratan, tumbuhan dan pohon yang menghasilkan biji-bijian diciptakan pada hari ketiga (Kejadian 1:9-13). Mengenai penciptaan langit, dapat dibandingkan dengan Al-Quran: Ibrahim 14:2, Taha 20:6, Al-Anbiya’ 21:104, Al-Hajj 22:65, Ar-Rum 30:25, Fussilat 41:11, Fussilat 41:12, Al-Jathiyah 45:13, Qaf 50:6, Az-Zariyat 51:47-49, Al-Mulk 67:3, At-Takwir 81:11, dan Al-Buruj 85:1.
Matahari, Bulan dan Bintang-bintang diciptakan pada hari keempat (Kejadian 1:14-19). Ikan-ikan di air, dan burung-burung diciptakan pada hari kelima (Kejadian 1:20-23). Sedangkan Manusia dan hewan-hewan melata lainnya diciptakan pada hari keenam (Kejadian 1:24-31). Manusia diciptakan menurut peta teladan Allah dan ia memiliki kemampuan untuk mengelola semua yang ada di dunia (Kejadian:1:27-31). Mengenai penciptaan manusia, dapat dibandingkan dengan Al-Qur’an Surah Al-Hajj: 22:40, Surah Al-Furqan 25:54, Surah Fatir 35:15, Surah Al-Insan 76:1, dan Surah At-Tin 95:4). Manusia sebagai pengelola bumi Surah Al-Baqarah 2:30.
Dikatakan bahwa Allah berhenti dari pekerjaan penciptaannya itu pada hari ketujuh dan memberkati serta mengkuduskan hari itu (Kejadian 2:2-3). Hari ketujuh ini disebut dengan hari Sabat (Keluaran 20:8). Dari sinilah didasarkan pensucian hari Sabat oleh orang-orang Yahudi, khususnya orang-orang Farisi. Hari Sabat adalah hari pemberhentian Tuhan dari pekerjaannya menciptakan alam.
Pertanyaannya kemudian, apakah memang Tuhan benar-benar berhenti dari segala pekerjaannya pada hari ketujuh atau hari Sabat?
Dalam keyakinan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidaklah demikian. Karena dalam ayat-ayat Kitab Kejadian itu dinyatakan bahwa Tuhan berhenti dari pekerjaan mencipta. Di mana karya mencipta ini dalam keyakinan kekristenan adalah salah satu dari tiga karya Tuhan yang paling besar yaitu: mencipta, menebus, dan mewahyukan. Adapun perkerjaan yang lainnya adalah seperti: menopang dan memperbaiki. Maka dalam keyakinan kekristenan disebutkan Allah berhenti dalam pekerjaan menciptakan alam pada hari ketujuh. Namun Ia tidak berhenti untuk menopang dan memeperbaiki ciptaan-Nya itu.
Dalam kaitannya dengan hari Sabat sebagai hari yang suci bagi ummat Yahudi adalah bahwa pada hari itu kita diharuskan berhenti dari semua aktifitas keseharian yang berhubungan dengan keduniaan (makaryo). Dan mengkhususkan hari Sabat sebagai hari untuk melayani Tuhan. Demikianlah maka hari sabtu adalah hari libur bagi orang-orang Yahudi.
Dalam tradisi kekristenan, tradisi libur sehari dalam satu minggu ini dilanjutkan. Akan tetapi harinya berpindah dari hari Sabtu menjadi hari Minggu (Ahad). Sehingga masyarakat Kristen tidak lagi menjadikan hari ketujuh (Sabat) sebagai hari pelayanan untuk Tuhan, melainkan berganti pada hari pertama.
Dari manakah tradisi libur hari Minggu ini dimulai?
Dalam pandangan kekristenan, hari Minggu adalah: “hari (untuk) Tuhan.” Di mana tradisi ini adalah melanjutkan tradisi hari Sabat orang Yahudi. Perpindahannya dari Sabtu ke Minggu adalah berkaitan dengan peristiwa kebangkitan Yesus Kristus (dalam pandangan kekristenan) dari kubur setelah 3 hari. Doktrin tentang kebangkitan ini adalah salah satu dari beberapa doktrin penting dalam agama Kristen. Doktrin penting lainnya berkaitan dengan Yesus adalah: Penyaliban, Kewafatan, dan Kebangkitan pada hari ketiga serta diangkatnya Yesus ke Surga. Berita mengenai penyaliban Yesus dikabarkan dalam Al-Kitab yaitu dalam: Matius 27:32-66; Markus 15:21-47; Lukas 23:26-55; dan Yohanes 19:28-42. mengenai kebangkitan dan penampakan diri dijelaskan dalam Matius 28:1-20; Markus 16:1-20; Lukas 24:1-53; Yohanes 20:1-21:25; Kisah Para Rasul 1:1-11; 1Korintus 15:1-8; dan Wahyu 1:1-20. Sedangkan mengenai kisah terangkat ke sorga Lukas 24:50-53; Kisah Para Rasul 1:9-12.
Yesus disalibkan pada hari Jum’at dan dikuburkan pada sore hari itu juga. Yesus dikuburkan di sebuah gua milik Yusuf dari Arimatea. Ia bangkit pada hari ketiga yaitu hari Minggu (Markus 16:9); (Matius 28:1-10). Kebangkitan Yesus ini sedemikian penting bagi agama Kristen karena menunjukkan keilahian Yesus Kristus (Roma 1:20). Demikian pula ia menunjukkan kesucian Kesucian, dan Keadilan Yesus Kristus (Effesus 5:9). Dari sinilah maka dimulailah tradisi hari Minggu sebagai hari suci (holly-day). Semua aktifitas diliburkan untuk suatu pelayanan.
Ngajum, Malang, 23 Januari 2020

Tidak ada komentar:
Posting Komentar