Rabu, 03 April 2019

TABIR KEPALSUAN

Oleh:
R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd

Ketika salah Sufyan Ats-Tsauri seorang ahli fiqih dan salah satu diantara 13 (tiga belas) ulama fiqih pendiri madzhab bertanya kepada sufi Ma'ruf Al-Karkhi tentang definisi riya', Ma'ruf Al-Karkhi menjawab: "Beramal karena untuk dipuji manusia adalah syirik. Tidak beramal karena takut dipuji manusia adalah riya'."

Kita shalat di depan supaya dilihat orang, syirik. Kita shalat di belakang, takut dilihat orang maka itu adalah riya'.
Kita menyumbang pembangunan masjid dengan jumlah banyak. Supaya dipuji orang maka itu adalah syirik. Nyumbang sembunyi-sembunyi karena takut dipuji orang maka itu riya'.
Maka mari semua selain 'Allah' itu kita "x" (hilngkan).
Itulah penjelasan riya' dilihat dari sudut pandang difinisi ma'ruf Al-Karkhi.



Lalu apa definisi tasawuf?:

"Ialah sikap berpaling dari 'kepalsuan', menuju pada yang sejati"
Padahal jika kita mau jujur, mungkin hampir semua yang ada di dunia ini adalah palsu.
Kita memakai "kopiah", identik dengan ustadz atau kiai. Tapi masih suka iri dengki. Maka "kopiah" kita adalah palsu.
Seorang 'da'i' yang berceramah, tapi ia masih urusan dengan bisyarah maka itu adalah da'i palsu.
Dunia ini penuh kepalsuan kata beliau. Dan kepalsuan yg paling sulit dihindari adalah sebagaimana yg tersirat dalam ayat: "wala yaghurronnakum billahil ghorur". Janganlah kau terpedaya dengan apa yang mengatas namakan Tuhan.
Jika ada seseorang secara lahiriah ia cermah, berdakwah. Tapi jika ia masih mengharap bisyarah maka sama saja ia seperti tukang ngamen. Demikian pula peran keagamaan lainnya seperti menjadi pemimpin organisasi.
Maka marilah kita berpaling dari kepalsuan menuju pada yang sejati.

Wallahu a'lam.

Malang, 28 Januari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar