Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd
Ketika tulisan ini dibuat, penulis baru saja pulang dari mengantar para murid penulis untuk ikut serta dalam lomba menari di sebuah SMP Negeri di kota Batu. Ini adalah kali pertama sekolah kami yg baru 2 tahun berdiri mengikuti kompetisi tingkat kota.
Di samping rasa syukur karena segala urusan administratif untuk mengikuti lomba itu lancar, ada yang menarik hati saya dalam acara ini. Yaitu ketika sekelompok siswa dari sebuah SMP menampilkan sebuah tarian bernuansa khas daerah Jawa.
Jika didengarkan dari musik dan gerakannya, tarian itu sepertinya tarian dari daerah Jawa Timur. Para penarinya berjumlah enam orang. Mereka menari dengan lincahnya, menghentakkan kaki ke tanah, gerakan memutar, geser kiri geser kana tangan dilambaikan kiri dan kanan bergantian. Wajah pun ikut bergerak diikuti layaknya tari kecak Bali, hanya saja mata tidak lirak-lirik.
Jika dilihat dari kostum penari, saya kira tak ada yang salah dari segi norma agama dan moral orang timur. Para penari semua memakai jilbab, namun ditambah dengan pernak-pernik menyerupai mahkota berwarna emas di atasnya. Warna jilbab dan hiasan mahkota itupun diserasikan warnanya. Pakaian yg digunakan adalah kebaya, namun dilapisi semacam kaos lengan panjang. Bawahannya semacam kain (madura: samper; jawa: sewek) seperempatan sebagai penutup celana komprang warna kehitaman yg juga dihiasi pernik berwarna emas (tentu saja bukan emas sungguhan). Bagian lenganbyg tertutup kaos berlapis kain kebaya itu juga dihiasi gelang pada bagian lengan atas dan bawah. Singkatnya, tak memperlihatkan aurat lah.
Yang membuat menarik saya adalah bahwasanya ternyata lirik lagunya adalah berbahasa Arab. Dan ternyata itu adalah lirik lagu shalawat. Akan tetapi saya lupa itu shalawat apa. Tarian itu pun gerakannya disesuaikan dengan lagu shalawat tersebut. Namun anehnya musiknya adalah musik dari lagu derah jawa.
Para siswa menari dengan lincahnya. Gerakan demi gerakan mereka lakukan dengan baik dan kompak. Tampak sekali bahwa mereka latihan secara maksimal. Indah sekali tarian mereka itu. Sebuah tarian daerah yang dipadukan dengan nuansa islami.
Dari sini saya berfikir: “Ini shalawat yang dibuat nari-nari? Ataukah tarian yang dishalawati?”. Perbedaan memilih kedua jawaban itu telah membuat reaksi diantara kita berbeda. Namun yang jelas: Islam Nusantara dan Nusantara yang Islami adalah sama. Sebagaimana juga dengan budaya Islami dan Islam yang membudaya.
Walllahu a’lam.
Malang, 20 April 2018
Ketika tulisan ini dibuat, penulis baru saja pulang dari mengantar para murid penulis untuk ikut serta dalam lomba menari di sebuah SMP Negeri di kota Batu. Ini adalah kali pertama sekolah kami yg baru 2 tahun berdiri mengikuti kompetisi tingkat kota.
Di samping rasa syukur karena segala urusan administratif untuk mengikuti lomba itu lancar, ada yang menarik hati saya dalam acara ini. Yaitu ketika sekelompok siswa dari sebuah SMP menampilkan sebuah tarian bernuansa khas daerah Jawa.
Jika didengarkan dari musik dan gerakannya, tarian itu sepertinya tarian dari daerah Jawa Timur. Para penarinya berjumlah enam orang. Mereka menari dengan lincahnya, menghentakkan kaki ke tanah, gerakan memutar, geser kiri geser kana tangan dilambaikan kiri dan kanan bergantian. Wajah pun ikut bergerak diikuti layaknya tari kecak Bali, hanya saja mata tidak lirak-lirik.
Jika dilihat dari kostum penari, saya kira tak ada yang salah dari segi norma agama dan moral orang timur. Para penari semua memakai jilbab, namun ditambah dengan pernak-pernik menyerupai mahkota berwarna emas di atasnya. Warna jilbab dan hiasan mahkota itupun diserasikan warnanya. Pakaian yg digunakan adalah kebaya, namun dilapisi semacam kaos lengan panjang. Bawahannya semacam kain (madura: samper; jawa: sewek) seperempatan sebagai penutup celana komprang warna kehitaman yg juga dihiasi pernik berwarna emas (tentu saja bukan emas sungguhan). Bagian lenganbyg tertutup kaos berlapis kain kebaya itu juga dihiasi gelang pada bagian lengan atas dan bawah. Singkatnya, tak memperlihatkan aurat lah.
Yang membuat menarik saya adalah bahwasanya ternyata lirik lagunya adalah berbahasa Arab. Dan ternyata itu adalah lirik lagu shalawat. Akan tetapi saya lupa itu shalawat apa. Tarian itu pun gerakannya disesuaikan dengan lagu shalawat tersebut. Namun anehnya musiknya adalah musik dari lagu derah jawa.
Para siswa menari dengan lincahnya. Gerakan demi gerakan mereka lakukan dengan baik dan kompak. Tampak sekali bahwa mereka latihan secara maksimal. Indah sekali tarian mereka itu. Sebuah tarian daerah yang dipadukan dengan nuansa islami.
Dari sini saya berfikir: “Ini shalawat yang dibuat nari-nari? Ataukah tarian yang dishalawati?”. Perbedaan memilih kedua jawaban itu telah membuat reaksi diantara kita berbeda. Namun yang jelas: Islam Nusantara dan Nusantara yang Islami adalah sama. Sebagaimana juga dengan budaya Islami dan Islam yang membudaya.
Walllahu a’lam.
Malang, 20 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar