Jumat, 02 Februari 2018

Mengenang Muktamar Cipasung

Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd
(kholis3186@gmail.com; 085736023155)

Muktamar NU tahun 1994 di Cipasung Tasik Malaya adalah bagian sejarah penting Nahdlatul Ulama (NU). Muktamar ini adalah termasuk bagian yang sangat menegangkan dalam episode sejarah NU. 
Meskipun NU telah menyatakan bahwa telah menyatakan diri bukan sebagai partai politik, dan memisahkan diri dalam hubungannya dengan partai manapun sejak tahun 1984. Namun perilaku Gusdur sebagai Ketua Umum PBNU yg sedemikian kritis pada pemerintah tak bisa diterima oleh Pak Harto. Mulai dari kritiknya yg tajam pada kebijakan2 yang tak populer sampai pada penyelenggaraan rapat akbar NU di Kaliurang yg kabarnya akan mendatangkan jutaan warga NU.... Yang terakhir ini, sampai2 pemerintah harus mencegat bus-bus dari berbagai daerah yg akan menghadiri acara tersebut.

Banyak cara yg dilakukan pak harto untuk menghentikan manuver2 gusdur. Seperti: pengawasan yg ketat pada pengajian2nya, rencana pembunuhan dengan didatangi tentara ke rumahnya. Dan lain sebagainya.
Puncaknya, (setidaknya menurut saya) adalah ketika pada muktamar NU 1994 itu. Pada muktamar ini, pemerintah menghendaki campurtangan dalam suksesi kepemimpinan di NU.
Nama Abu Hasan dimunculkan sebagai kandidat siluman dalam pemilihan Ketua Umum menyaingi Gusdur. Nama Abu Hasan ini tiba2 saja muncul di NU. Sebelumnya tak ada orang tau di mana ia jadi NU dan sejak kapan. Yang jelas ia dimunculkan sebagai 'gucu' oleh pemerintah. Harapannya, NU dapat dikendalikan pemerintah.
Paeahnnya lagi, Muktamar kali ini dijaga ketat oleh tentara. Puluhan tank dan panser dikerahkan. Para tentara garang bertebaran di arena muktamar. Moncong meriam tank dan senapan seakan mengawasi setiap gerak gerik muktamirin. Semuanya sebagai tekanan psikologis para muktamirin. Para peserta muktamar juga cemas, takut terjadi yg tak diharapkan. Bayangan mereka seakan hendak terjadi perang.
Gusdur sendiri juga sudah agak khawatir. Ada suatu kekhawatiran dalam benaknya: "Jika saja Abu Hasan yang menang, maka ideologi NU akan runtuh. Namun jika dirinya mengalahkan abu hasan, akan terjadi korban jiwa." (layaknya di Syiria sekarang lah gitu...)
Greg Barton pernah bertanya pada Yeni Wahid tentang kondisi perasaan gusdur ketika itu. Mbak Yeni bilang: "Jantung ayah berdebar kencang ketika itu. Tak seperti biasanya." Katanya.
Disinilah maka Gusdur yang nama aslinya adalah 'Ad-Dakhil' (penakluk) menurut Barton sudah "hampir bisa ditaklukkan."
Namun Alahamdulillah, semua berjalan sesuai yg diharapkan. Gusdur Menang dan ndak tau bagaimana pertumpahan darah bisa dihindarkan. Ideologi NU tak tergoyahkan oleh ancaman Bedil dan Meriam. (Begitulah kiasannya)
"NU Menag!" tulis majalah Aula di sampulnya yg terbit pasca muktamar 1994 lalu. Namun Abu Hasan tetap membuat pengurus PBNU versi dirinya. PBNU Abu Hasan ini dikenal dengan PBNU Siluman oleh warga NU....
Dan... Karena tak diridloi Tuhan, makan PBNU siluman itu mati.... Semoga Allah meridlai dan melindungi NU dan pengikutnya.... Amin....
Wassalam...

Malang, 28 Desember 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar