Selasa, 14 November 2023

KISAH KORESPONDENSI DENGAN SEORANG PROFESSOR (Bagian 4-(Habis))

Selanjutnya setelah kiriman email saya yang ke-3. Pada hari yang sama dua jam kemudian (email saya saya kirim jam 14:41) saya mendapatkan email balsannya. Isinya sebagai berikut:

----------------------

Salam,


Senang sekali mengetahui ada yang tertarik pada apa yang sering saya utarakan. Memang latar belakang keilmuan saya kimia, dan kami mempelajari alam dari kacamata orang kimia, di skala atom dan molekul. Dan kami menjadi tahu bahwa eksplorasi di wilayah kecil dan sekecil itu sebenarnya sangat disruptif.  Akar masalah adalah perubahan di skala kecil, dan masif sampai mempengaruhi keseimbangan di skal besar.  Penemuan-penemuan di kimia awal, plastik misalnya, saat itu gegap gempita namun sekarang kita mendapatkan kelebihan plastik yang tidak dapat diterima lagi olah alam.  Keseimbangan bergeser.  Belum lagi kerja penambangan, karena orang kimia tahu cara memisahkan logam2 dari kumpulannya dan industri memanfaatannya.  Jadi tambang2 kita juga akan bernasib seperti minyak dan gas bumi serta batubara.  Habis dan kita mencari alternatif dengan ciptaan2 baru, namun semakin menambah ketidakseimbangan.

Dekade ini banyak yang heboh dengan energi terbarukan.  Memang mengganti minyak bumi yang tersedia di alam.  Seakan2 kita menemukan cara baru untuk mempertahankan energi yang sudah habis, namun kita secara langsung menaikkan angka karbon dan juga membuat akselerasi global warming, yang dahulu tidak kita sadari.

Kalau saya ditanya: apa sudah ada konsep untuk diusulkan, jawab saya selalu begini: kita perlu kerjasama dari semua bidang kehidupan.  Kita perlu bahu membahu mengurus alam dan tempat tinggal anak cucu kita.  Tidak ada yang bisa bekerja sendiri2, kolaborasi itu sudah harus jadi keniscayaan.  Kita perlu memberikan pencerahan pada semua orang, karenanya lembaga pendidikan adalah tempat yang sangat tepat untuk membuat semua "aware" akan tempat tinggal kita semua, dan kita semua menjadi bagian dari alam.

Khusus masalah sikap, etika harus menjadi bagian dari kurikulum.  Sy pernah menulis di sebuah prosiding (ICOMSE 2020) judulnya "From Chemistry Back To Nature" yang sudah dibuatkan podcastx dalam Scipod di alamat ini:
Dr Surjani Wonorahardjo - Dr Suharti Suharti - Dr I Wayan Dasna | Exploring the Ethics and Environmental Impact of Chemistry • scipod.global https://www.scipod.global/dr-surjani-wonorahardjo-dr-suharti-suharti-dr-i-wayan-dasna-exploring-the-ethics-and-environmental-impact-of-chemistry/

Kajian yang lebih lengkap mengenai alam yang seimbang masih belum terbit bukunya.  Mungkin tahun depan kalau tidak ada aral melintang. Mohon doa ya.  

Terimakasih dan salam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar