Rabu, 21 Februari 2018

Hikmah Ilahi

Oleh: R. Ahmad Nur Kholis, M.Pd

Dulu, Kiai kami mengajari saya apa yang biasa disebut "i'rab". Kami di pesantren, langsung atau tidak disuruh beliau untuk menghafalkan "i'rab" itu. Karena tiap hari kami disuruh meng-i'rab-i contoh-contoh yang ada dalam kitab Mukhtashar Jiddan. Jaa'a Zaidun wa i'rabuhu.... ayo kholis.... katanya....
Saya ketika itu, dan mungkin juga teman-teman yang lain ndak paham apa yang kami baca. Maksudnya apa ini semua. Semua serba tidak paham. Marfu'un lah.... mudlafun ilaih lah... semua peristilahan itu kami tak paham....
Parahnya lagi, di antara teman-teman yang lain, mungkin sayalah yang merasa paling sial. Sudah ngaji sekian lama tapi ndak hafal-hafal. Padahal beberapa yang lain sudah ada yang 'naik kelas' dalam waktu relatif singkat. Sedangkan saya, harus iri ketika beberapa santri yag dianggap terbaik diberi hadiah kitab oleh beliau "Sang kiai."

Bahkan sering dalam berbagai kesempatan, Kiai saya menyuruh saya berdiri selama pengajian karena tak bisa atau tak hafal i'rab. Padahal yang lain tidak demikian.
Kemudian, tahun 2002 saya belajar lagi di pesantren di Malang. Al-Hamdulillah, saya bersyukur, bahwa di sinilah saya mulai dengan lebih mudah memahami peristilahan-peristilahan Nahwu itu. Apa yang dimaksud mudlaf ilaih dan sebagainya. Namun jika dipikir sekarang, semua kemudahan itu tidak lepas dari apa yang sudah saya baca sebelumnya. 
***
Lama berlangsung.... baru-baru ini saya ditunjukkan seorang teman akan buku yang ditulis oleh William Grabe berjudul: "Reading in a Second Language, Moving from Theory to Practice". Betapa kaget dan terperangah saya ketika dalam buku tersebut menyinggung apa yang telah disuruhkan kiai saya dulu di Madura membaca dan menghafalnya. Grabe Menyebutnya sebagai: "Syntax Analysis." 
Meledak-ledak lah semangat hati saya membaca buku itu. Berapi-api lah semangat hati saya untuk mempelajari kembali apa yang disuruh hafalkan dulu itu.
Ternyata keren sekali apa yang diajarkan kiai saya di Madura. Langsung atau tidak, diakui atau tidak Kiai Saya itu telah memberkan kapital yang luar biasa dalam pengembangan keilmuan saya. Kerena, sekarang, jika saja mau, kitab apapun jika di-i'rab-i pastilah akan tebal dan menjadi buku tersendiri. 
Benar-benar hikmah ilahi..... meskipun Kiai saya tentu saja tidak seperti Mr. William itu, Beliau tak bisa menyebutkan: "Syntax Analysis"....

Malang, 21/02/2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar